PENGOLAHAN SAMPAH DAUN MENJADI PUPUK KOMPOS DENGAN AKTIVATOR NASI AKING SEBAGAI PENGGANTI EM4
Keywords:
Sampah Daun, Aktivator, Cairan EM4, Larutan Nasi AkingAbstract
Sampah masih menjadi masalah dalam masyarakat. Rendahnya kepedulian masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, dan rendahnya masyarakat untuk menerapkan 3R (reduce, reuse, & recycle) menyebabkan banyak sampah terlantar. Contohnya banyak dedaunan dijumpai berserakan di halaman rumah, pinggir jalan, atau tempat umum lainya. Masyarakat cenderung abai, beberapa orang mengatasi masalah sampah daun dengan cara membakarnya di ruang terbuka. Cara ini justru menimbulkan polusi udara yang ujung-ujungnya merusak kestabilan ekosistem, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara mengolah sampah daun menjadi pupuk kompos dengan metode composting, membandingkan efisiensi penggunaan aktivator antara cairan EM4 dan larutan nasi aking, serta mengetahui perubahan fisik daun selama 2 minggu proses pengomposan. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode times series design with control dan objek penelitian sampah organik berupa dedaunan kering, serta teknis penulisan karya tulis diperkuat dengan studi pustaka, pengumpulan data dan percobaan. Dalam percobaan disediakan wadah atau karung sebagai berikut: karung A berisi sampah daun dan larutan nasi aking, karung B berisi sampah daun dan cairan EM4, serta karung C hanya berisi sampah daun. Dari hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan larutan nasi aking lebih efisien daripada cairan EM4 sebab perubahan fisik daun yang relatif cepat dibandingkan cairan EM4, bahannya yang mudah didapat dan terjangkau, serta proses pengomposan yang lebih mudah. Namun ada beberapa efektivitas yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain adalah: kelembaban, suhu, dan PH sampah daun. Hal tersebut perlu diperhatikan masyarakat dengan mengontrolnya setiap hari, menutup karung dengan rapat, serta menempatkan karung pada tempat minim cahaya agar menjaga suhu dan kelembaban.